Tanya Jawab: Penyakit coronavirus (COVID-19): Pelacakan kontak untuk petugas

Bagaimana cara kerja pelacakan kontak?

Pelacakan kontak mengidentifikasi dan memantau orang-orang yang terpapar dari seseorang yang terinfeksi dengan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19. Proses ini meliputi beberapa langkah:

Mendefinisikan kontak: Definisi kontak bisa berbeda di negara-negara. WHO mendefinisikan kontak sebagai orang yang terpapar dari orang lain yang belum lama mengalami infeksi probabel atau terkonfirmasi SARS-CoV-2: 1. berkontak tatap muka dengan kasus probabel atau terkonfirmasi dalam jarak 1 meter selama setidaknya 15 menit; 2. berkontak fisik langsung dengan kasus probabel atau terkonfirmasi; 3. merawat secara langsung pasien probabel atau terkonfirmasi COVID-19 tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD) yang direkomendasikan; atau 4. berada dalam situasi-situasi lain menurut penilaian risiko setempat. Kontak atau situasi ini disebut paparan jika terjadi dalam waktu 2 hari sebelum kasus mulai menunjukkan gejala hingga setidaknya 13 hari setelah mulai menunjukkan gejala. Jika kasus tidak menunjukkan gejala (asimtomatik), yang disebut kontak adalah orang yang terpapar dari 2 hari sebelum hingga 10 hari setelah tanggal pengambilan sampel saluran pernapasan kasus yang menjadi dasar konfirmasi terjadinya infeksi.

Mengidentifikasi kontak: Pada umumnya, kontak diidentifikasi melalui wawancara dengan orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 untuk mengetahui dengan siapa saja mereka berkontak selama jangka waktu yang disebutkan di atas. Dalam keadaan-keadaan tertentu, terdapat cara-cara lain untuk mengidentifikasi kontak, misalnya dengan memeriksa daftar keanggotaan atau kehadiran di tempat-tempat yang dikunjungi oleh kasus selama jangka waktu yang disebutkan di atas, atau melalui pemberitahuan umum. Aplikasi pelacakan digital berdasarkan jarak para penggunanya juga telah dikembangkan untuk membantu mengidentifikasi dan memberi tahu kontak melalui proses yang otomatis.

Memberi tahu kontak: Setiap kontak yang telah teridentifikasi perlu dihubungi untuk memastikan apakah mereka termasuk dalam definisi seorang kontak. Kontak dapat dihubungi oleh otoritas kesehatan maupun melalui aplikasi pelacakan digital. Kasus-kasus juga dapat didorong untuk memberi tahu kontak-kontak mereka sendiri. Setiap orang yang diidentifikasi sebagai kontak akan diberi penjelasan tentang tujuan pelacakan kontak, proses pelacakan kontak (termasuk perlindungan data pribadi mereka), bagaimana cara menjalani karantina, berapa lama karantina perlu dilakukan, dan siapa yang dapat dihubungi jika kontak khawatir atau memiliki pertanyaan. Kontak juga perlu diberi informasi tentang gejala yang perlu diamati selama masa karantina dan hal-hal yang perlu dilakukan jika hasil tes kontak positif atau kontak menjadi sakit.

Menatalaksana dan memantau kontak: Kontak perlu diberi semangat dan didukung selama masa karantina. WHO merekomendasikan agar karantina dijalankan hingga 14 hari setelah kontak terakhir terpapar dari orang yang terinfeksi SARS-CoV-2. Namun, masa karantina di masing-masing negara mungkin berbeda-beda.

Proses dan analisis data: Informasi yang terkumpul dari setiap kontak disimpan dalam basis data yang aman. Proses-proses data di masing-masing negara mungkin berbeda-beda. Lihat pertanyaan Apa saja yang perlu dijadikan pertimbangan untuk perlindungan data?


Siapa yang didefinisikan sebagai kontak?

Saat ini, kontak didefinisikan sebagai setiap orang yang berkontak langsung atau berada dalam jarak 1 meter selama setidaknya 15 menit dengan seseorang yang terinfeksi atau mungkin terinfeksi SARS-CoV-2 selama orang tersebut dapat menyebarkan infeksi sekalipun tidak mengalami gejala. Kementerian Kesehatan dan otoritas kesehatan daerah mungkin memiliki pertimbangan tambahan dalam mendefinisikan kontak sesuai penilaian risiko setempat. Kontak perlu didukung untuk menjalani karantina guna membatasi kemungkinan orang lain terpapar infeksi jika kontak menjadi sakit. (Definisi lengkap kontak dapat dilihat di sini).


Apa itu pelacakan kontak mundur?

Pelacakan kontak mundur adalah proses upaya memahami bagaimana kasus terinfeksi. Proses ini juga dikenal dengan nama investigasi kasus atau sumber. Pelacakan kontak biasa mengidentifikasi orang-orang yang terpapar dari kasus dan dapat menjadi kasus, sedangkan pelacakan kontak mundur atau investigasi kasus melihat ke waktu-waktu sebelumnya untuk mengidentifikasi situasi atau acara di mana kemungkinan terjadi paparan SARS-CoV-2. Hal ini dapat membantu otoritas kesehatan masyarakat mengidentifikasi kasus dalam jumlah yang lebih besar (misalnya dalam sebuah acara atau situasi di mana kasus kemungkinan terinfeksi) dan mengidentifikasi situasi-situasi yang menyebabkan infeksi. Hal ini dapat membantu penyusunan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial yang terarah untuk menurunkan jumlah kasus keseluruhan.


Kapan pelacakan kontak harus dilakukan?

Pelacakan kontak yang komprehensif harus dilakukan segera setelah kasus atau klaster (sekelompok kasus terkait) teridentifikasi. Selama terjadinya transmisi yang tinggi, kebutuhan pelacakan kontak dapat melebihi kapasitas yang ada, sehingga kegiatan pelacakan kontak mungkin difokuskan pada kontak di rumah tangga, tenaga kesehatan, dan kontak di tempat tertutup berisiko tinggi (seperti asrama, lembaga, dan fasilitas hunian jangka panjang), dan kontak yang berisiko lebih tinggi mengalami COVID-19 berat.

Pelacakan kontak dan karantina kontak penting untuk tetap dijalankan meskipun jumlah kasus baru menurun dan/atau langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial dilonggarkan, untuk memastikan penyebaran terus menurun.


Bagaimana petugas pelacakan kontak direkrut?

Petugas pelacakan kontak dapat direkrut dari berbagai tempat, seperti orang yang terhubung dengan pemerintah setempat, masyarakat madani, lembaga swadaya masyarakat, universitas, dan sukarelawan masyarakat. Idealnya, tim pelacakan kontak yang direkrut sebaiknya memiliki susunan gender yang setara dan terdiri dari anggota yang berasal dari komunitas sasaran serta yang memiliki literasi umum, kemampuan komunikasi yang kuat, kemampuan bahasa setempat, dan pemahaman tentang konteks dan budaya setempat.

Petugas pelacakan kontak harus mendapat pelatihan yang memadai untuk memastikan efisiensi, akurasi, dan kemampuan komunikasi yang baik dalam menjalankan investigasi kasus dan kontak. Petugas pelacakan kontak juga harus terintegrasi dengan keseluruhan tim respons COVID-19.

Sejumlah materi pelatihan telah disusun oleh WHO dan para mitra dan dapat diadaptasi sesuai kebutuhan setempat. Sebagian besar materi ini tersedia melalui platform pengetahuan Global Outbreak Alert and Response Network (GOARN) dan OpenWHO. Pelatihan yang diberikan harus mencakup dasar-dasar penyebaran, pencegahan, dan pengendalian virus; pemantauan tanda dan gejala; dan prosedur operasional standar untuk pelacakan kontak, termasuk kiat-kiat wawancara dan etika surveilans dan karantina kesehatan masyarakat. Petugas pelacakan kontak juga perlu mendapat penjelasan tentang hak, peran, dan tanggung jawab mereka, termasuk keselamatan dan kesehatan kerja.

Otoritas kesehatan masyarakat perlu melatih tim pelacakan kontak sekalipun tidak terjadi penyebaran atau penyebaran rendah serta mempersiapkan cara-cara untuk menambah jumlah petugas pelacakan kontak, jika transmisi meningkat.


Apa saja contoh tantangan dalam menjalankan pelacakan kontak yang efektif untuk COVID-19?

Ketersediaan tenaga pelacakan kontak yang terlatih, ketersediaan sumber daya untuk pelacakan kontak, dan pelibatan masyarakat menjadi beberapa tantangan dalam menjalankan pelacakan kontak.

Tantangan utama lainnya adalah intensitas transmisi COVID-19. Di tengah situasi penyebaran yang tinggi, ketersediaan sumber daya kesehatan masyarakat dapat berkurang dengan cepat dan sering kali tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk mengidentifikasi dan memantau kontak. Dalam situasi-situasi seperti ini, WHO merekomendasikan agar pelacakan kontak berfokus pada kontak-kontak dengan paparan tertinggi dan kontak-kontak yang paling berisiko mengalami penyakit berat.


Apa saja contoh alat digital yang digunakan untuk mendukung pelacakan kontak? Bagaimana alat-alat ini memperkuat proses-proses pelacakan kontak?

Pelacakan kontak biasa berbasis wawancara sangat bergantung pada kehadiran fisik tenaga terlatih untuk menjalankan kegiatan-kegiatan esensial seperti mengumpulkan informasi dari kontak (elisitasi), memberi tahu kontak, dan menindaklanjuti kontak. Namun, dalam konteks penyebaran SARS-CoV-2 yang meluas, tenaga pelacakan kontak dapat segera kewalahan.

Alat-alat elektronik dan teknologi informasi telah digunakan untuk memperkuat efisiensi proses-proses pelacakan kontak dan saat ini digunakan selama pandemi COVID-19. Sejauh ini, tidak ada alat digital yang memenuhi semua langkah yang diperlukan untuk memantau pelacakan kontak dan karantina kontak dari awal hingga akhir.

Pengawasan dari petugas kesehatan masyarakat masih dibutuhkan. Kebutuhan dan persyaratan teknis dan etis terkait penggunaan alat-alat digital ini harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan terkait penggunaan alat-alat ini. Secara umum, alat-alat digital yang mendukung proses-proses pelacakan kontak dapat dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan fungsi kesehatan masyarakat dalam langkah-langkah proses pelacakan kontak:

Mengidentifikasi dan memberi tahu kontak: Alat-alat digital yang memenuhi fungsi ini ditujukan untuk digunakan oleh masyarakat umum, tenaga kesehatan, dan tim pelacakan kontak. Alat-alat ini meliputi alat pelacakan digital berbasis jarak yang menggunakan sistem berbasis Bluetooth atau penanda lokasi GPS, untuk memberi tahu pengguna yang sempat berada dalam jarak dekat dan kontak berkepanjangan dengan orang-orang yang hasil tesnya positif untuk COVID-19 dan yang statusnya tercatat dalam alat ini. Ada juga alat-alat pelacakan kontak digital berbasis lokasi yang menggunakan kode quick response (QR) yang dapat dipindai oleh pengguna telepon pintar saat mengunjungi suatu tempat. Jika di kemudian hari hasil tes COVID-19 pengunjung positif, pengguna lain aplikasi ini yang mengunjungi tempat yang sama pada saat yang sama dapat diberi pemberitahuan, jika dipandang perlu oleh badan kesehatan setempat.

Memantau kontak: Alat-alat ini ditujukan untuk digunakan oleh orang-orang yang telah teridentifikasi sebagai kontak, tenaga kesehatan, dan tim pelacakan kontak. Alat-alat ini meliputi alat pemeriksa gejala yang dapat membantu kontak melakukan pemantauan mandiri dan melaporkan gejala yang dialami atau tidak dialami kepada tenaga kesehatan yang dapat melakukan penilaian lebih lanjut, memberikan konseling kesehatan, dan menghubungkan kontak dengan otoritas kesehatan masyarakat untuk mendapat layanan tes dan layanan pendukung lain. Alat-alat ini menjadi semakin bermanfaat di tempat-tempat di mana tenaga pelacakan kontak terbatas dan/atau terdapat hambatan fisik atau keamanan yang tidak memungkinkan tim pelacakan kontak berkunjung secara langsung.

Pengelolaan dan analisis data surveilans: Alat-alat ini digunakan oleh tenaga kesehatan untuk mengumpulkan, mengelola, menganalisis, dan memvisualisasi data yang dikumpulkan oleh tim pelacakan kontak yang mengaitkan kasus dan kontak. Alat-alat ini meliputi alat-alat respons wabah (seperti Go.Data, Commcare, SORMAS, dll.) yang dapat digunakan untuk investigasi kasus, pencatatan dan pemantauan kontak, dan analisis.

Perlu dicatat bahwa alat-alat ini tidak dapat menggantikan tenaga kesehatan dan komunitas terlatih, pengawas yang kompeten, kegiatan operasional yang terfokus pada komunitas sasaran masing-masing, dan koordinasi yang baik. Semua hal ini adalah kriteria yang harus terpenuhi agar pelacakan kontak berhasil dan efektif. Informasi lebih lanjut tentang alat-alat digital untuk pelacakan kontak dapat dilihat di sini, dan pertimbangan-pertimbangan etis untuk memandu penggunaan teknologi pelacakan digital berbasis jarak tersedia di sini.


Apa saja yang harus dipertimbangkan untuk perlindungan data?

Etika informasi kesehatan masyarakat, perlindungan data, dan privasi data harus dipertimbangkan di semua tingkat kegiatan pelacakan kontak, termasuk pelatihan dan penggunaan alat-alat pelacakan kontak, khususnya dalam hal-hal berikut:

• Harus ada perlindungan yang menjamin privasi dan perlindungan data sesuai dengan kerangka hukum negara di mana sistem diterapkan.
• Setiap orang yang terlibat dalam pelacakan kontak harus mematuhi prinsip-prinsip etis dalam mengelola informasi pribadi, untuk memastikan data dikelola dengan bertanggung jawab dan privasi dihormati dalam seluruh proses tersebut.
• Bagaimana data akan dikelola, disimpan, dan digunakan perlu dikomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan secara jelas dan transparan. Hal ini penting untuk mendapat dukungan dan keterlibatan serta untuk menghindari pandangan keliru yang dapat mengganggu efektivitas program pelacakan kontak.
• Alat-alat digital yang digunakan untuk pelacakan kontak harus dikaji sebelum digunakan untuk memastikan perlindungan data sesuai dengan peraturan nasional.


Lihat panduan interim WHO tentang pertimbangan-pertimbangan etis untuk memandu penggunaan teknologi pelacakan digital berbasis jarak untuk pelacakan kontak COVID-19.